Selasa, 12 Juni 2012

untuk para suami istri

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

SELAMA 17 TAHUN TINGGAL DIKUBURAN

Pernahkah Anda mengetahui kisah ini?

Kisah seorang pemuda yang hidup selama 17 tahun dalam kuburan?
Anda mungkin mengira bahwa ia tinggal di daerah dekat kuburan.
Tidak! Dia tidak tinggal di daerah dekat kuburan, tapi ia tinggal di dalam kuburan itu sendiri.

Bagaimana kisahnya?

Anda mungkin tidak akan mempercayai kisah ini, karena pemuda ini lahir dari keluarga berada.
Ayah dan Ibunya orang yang terpandang dan memiliki kekayaan yang berlimpah.
Dalam pandangan masyarakat sekitar, kedua orang tua ini adalah orang tua yang sempurna,
namun orang hanya bisa menilai apa yang tampak.

Orang-orang tidak tahu bahwa kedua orang tua terpandang inilah yang memasukkan anaknya ke dalam kuburan,

dan menjalani hidup selama 17 tahun di dalam kuburan!

Setiap hari, sang anak makan, minum dan tidur di dalam kuburan, yang penuh kegelapan.
Sang Anak juga hanya bisa menjalani apa yang diberikan kedua orang tuanya, tanpa perlawanan.
Menjelang ulang tahun pemuda itu yang ke-17,
orang tuanya berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan si pemuda sebagai hadiah ulang tahunnya.

Sang pemuda berpikir, inilah saatnya dia akan mengajukan permintaannya,
ia tidak ingin lagi tinggal di kuburan, tapi apakah orang tuanya benar-benar akan mengabulkan permintaannya?

Hari itu pun tiba. Sang pemuda berulang tahun yang ke-17.
Kedua orang tuanya datang menghampiri dan menanyakan hadiah apa yang ia inginkan.
Sang pemuda menjawab, “Ayah, Ibu… saya tidak meminta banyak, saya hanya minta satu hal.” “Apa, Nak? katakanlah, Ayah dan Ibu pasti akan mengabulkan permintaanmu”

“Ayah dan Ibu berjanji?”
“Tentu, Nak. Ayah dan Ibu berjanji akan memenuhi permintaanmu, selama kami mampu.”
“Ayah… Ibu… saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan”
“Apa? Apa maksud permintaanmu itu, Nak?”
“Ayah sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku,
dan hanya itu permohonanku, Yah.”
“Iya, Nak. Ayah sudah berjanji… tapi… tapi… Ayah tidak mengerti, Nak.”
“Ayah, sudah 17 tahun saya tinggal di sini, tapi tidak seharipun saya mendengar Ayah atau Ibu membaca Al-Quran.
Sedangkan Rasulullah pernah mengatakan
bahwa rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya adalah seperti kuburan.
Saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan, Yah.”“

”Ayah dan Ibu sang pemuda terdiam.
“Ayah dan Ibu bahkan tidak pernah mengajariku bagaimana membaca Al-Quran.
Memang rumah ini mewah, besar dan orang-orang melihatnya sebagai istana.
Tapi mereka tidak tahu, bahwa di mata Rasulullah, rumah ini seperti kuburan.
Jika Ayah dan Ibu mau menepati janji mengabulkan permintaanku, tolong Yah..
Aku tidak ingin lagi tinggal di kuburan.

Ajarilah aku membaca Al-Quran, agar rumah ini bercahaya dengan cahaya Al-Quran.
”Renungan Di manakah kalian selama ini makan, minum, tidur dan menetap? di rumahkah? di kos kah? di kontrakan kah? atau kah di kuburan?
karena Rasulullah mengibaratkan rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya, seperti kuburan..

Jadi, di manakah sebenarnya kalian tinggal saat ini?
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda,
sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
Jika mereka tergerak hatinya untuk menghidupkan Al-Quran di tempat tinggalnya setelah membaca artikel yang Anda share, maka semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Aamiin Ya rabbal 'alamiin
http://www.facebook.com/pages/Istigfar-Adalah-Solusi/177903475629245

KISAH NYATA AKIBAT MEMBUKA AURAT DI FACEBOOK

Kisah ini mengenai seorang hamba allah.

Dia merupakan seorang wanita yg aktif berfacebook.dlm facebooknya mempunyai bnyak koleksi foto yg tdk menutup aurat.
Selepas dia meninggal dunia ibu senantiasa bermimpi dia merayu kepada ibunya supaya menghapus foto2 nya yg tdk menutup auratnya di facebook.
Malang nya tiada siapa yg mengetahui password facebooknya.


Jadi kemungkinan besar ROH nya tdk tenang dg DOSA ,AURATNYA.yg d biarkan begitu saja menjadi tatapan umum,..
Dan ingatlah azah untuk kita yg sengaja membiarkan aurat kita di lihat oleh lelaki bukan muhrim adalah Dosa.yg bsar dan dpt membawa ke dlm api neraka ALLAH SWT.
Crita ini menjadikan ikhtiar dan plajran buat kita supaya tdk meng upload gambr kt yg tdk menutup aurat dg sempurna.

 http://www.facebook.com/pages/Istigfar-Adalah-Solusi/177903475629245
 
Kita tdk tau kapan kita mati.
Jd tlg lah kalo anda sayang kan dr anda.
Hapuslah gmbr yg tdk sepatutnya.
Sbrkan suara islam yg bnr inilah pnjajahan yg d bw oleh globalisasi dajjalisme,shngga yg wajib ini kt main2kan dan dosa ini kt lakukan tanpa rasa dosa.
Ingatlah aurat laki2 yg hrus d jaga di antara lutut dan pusar sdgkan madzab syafii ada keinginan bg wanita yg bkrja utk mmbuka wajah dan telapak tngan nya.sadarlah
walau iklas atau tdk yg namanya menutup aurat itu wajib di lakukan.
Jika ikhlas brpahala,jk tdk ikhlas mk sekurang2nya terhindar dr dosa.jgn jdkan ikhlas sbge alasan utk menghalal kan yg haram.
Ingat ini saham dosa kita yg di tatap oleh ribuan org bhkan jutaan sgt dg mdh mlht foto kita.*maaf bukan sok pinter tapi saling mengingatkan selagi kt bisa***

mengkadak shalat

Keberadaan wajibnya hukum qadha shalat terdapat perbedaan pendapat. Pandangan yang mengatakan tidak wajib qadha adalah pendapat Imam Ibn Taymiyah dan Ibn Hazmin. Mereka berhujjah bahwa Islam telah mewajibkan shalat dan tidak boleh menangguhkannya walaupun sakit, musafir, atau dalam peperangan; ditegaskan oleh Imam Ibn Taymiyah tidak boleh mengqadha solat yang tertinggal, cukup dengan taubat dan shalat sunat yang banyak untuk menggantikannya.

Sedangkan semua Imam Mazhab memasukkan hal ini sebagai perkara wajib. Mereka berhujjah bahwa jika qadha ini diwajibkan atas orang yang lupa dan tertidur, yang keduanya di maafkan, maka kewajibannya atas orang yang tidak dimaafkan dan orang yang durhaka jauh lebih layak.


MENYELAMI PERBEDAAN

Perlu diperhatikan, bahwa tulisan ini bukan untuk menghakimi perbedaan kedua pendapat tersebut. Penulis menganjurkan kepada mereka yang mampu untuk tidak pernah meninggalkan shalat ada', sehingga tidak akan pernah muncul perkara qadha shalat. Hukum qadha shalat dimunculkan oleh para Imam mazhab diperuntukkan bagi mereka yang pernah meninggalkan shalat ada'. Oleh karena itu, tulisan ini diperuntukkan bagi mereka yang pernah meninggalkan shalat ada' dan mau berhukum kepada fiqh Imam mazhab tersebut.

Yang dimaksud dengan shalat qadha ialah melakukan shalat di luar waktu yang telah ditentukan, untuk menggantikan shalat wajib harian yang tertinggal. Sedangkan shalat ada' ialah melakukan shalat wajib harian tepat menurut waktu yang telah ditentukan.
Pengertian qadha hanya berlaku bagi shalat-shalat harian (5 waktu).

Sedangkan untuk shalat wajib lainnya seperti shalat Jum'at, Ied dan sebagainya, tidak ada kewajiban untuk meng-qadhanya saat tertinggal, kecuali untuk shalat gerhana matahari dan gerhana bulan total yang diharuskan untuk melakukannya di luar waktu (qadha gerhana total). Saat melakukannya tidak diharuskan dengan niat qadha, cukup dengan niat melakukan shalat.


HUKUM BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN SHALAT

Allah SWT berfirman: "Maka akan datang generasi sesudah mereka yang melalaikan shalat dan mengikuti hawa nafsu maka mereka itu akan bertemu dengan kesesatan" (QS. Maryam : 59)

Al Quran menggambarkan dialog antara orang-orang penghuni surga dengan penghuni neraka Saqar:

"Apakah yang menyebabkan kalian masuk ke dalam neraka Saqar?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan" (QS. al-Muddatstsir :42-46).

Rasulullah SAW bersabda, riwayat dari Muaz bin Jabal: "Janganlah engkau tinggalkan shalat dengan sengaja karena orang yang meninggalkannya dengan sengaja akan terlepas dari lindungan Allah SWT" (HR. Thabrani).

Dari Abdullah bin Umar RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Siapa-siapa yang menjaga shalat maka shalat itu akan menjadi cahaya, tanda bukti, dan keselamatan baginya pada hari kiamat. Siapa-siapa yang tidak memeliharanya, maka shalat itu tidak akan menjadi cahaya, tanda bukti, dan keselamatan baginya, dan kelak pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman, Ubay bin Khalaf" (HR. Ahmad).

Ibnu Abbas berkata: "Siapa-siapa yang meninggalkan shalat sesungguhnya ia telah kafir".

Dan Ibnu Mas'ud berkata : "Siapa-siapa yang meninggalkan shalat maka tidak ada agama baginya".

Jabir bin Abdullah berkata: "Siapa-siapa yang tidak shalat ia adalah kafir".

Keterangan-keterangan di atas menjelaskan beratnya hukum bagi orang-orang yang meninggalkan shalat. Bila mereka meninggalkan shalat karena melawan atau meyakini bahwa shalat tidak wajib, mereka dihukum kafir. Sedangkan bagi mereka yang meninggalkan shalat karena malas atau lalai, maka mereka dihukum fasik.

Terlepas dari sanksi hukum yang ditimpakan kepada mereka baik didunia maupun di akhirat, shalat yang ditinggalkan karena tidak ada uzur, wajib diqadha.


KEWAJIBAN QADHA

Hadis riwayat dari Abi Qatadah dia berkata, dilaporkan kepada Nabi SAW orang yang tertidur sehingga terlewat waktu shalat, Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya tidur tidak termasuk mengabaikan shalat, hanya saja lalai ketika sadar. Bila salah seorang dari kamu lupa shalat, atau tertidur maka shalat lah bila dia ingat" (HR. Turmuzi).

Dari Anas ra, Nabi saw bersabda, "Barangsiapa lupa mengerjakan shalat, hendaklah mengerjakannya bila telah ingat, dan selain itu tidak ada kewajiban kaffarat yang lain." (HR al-Khamsah/lima imam hadis).

Dalam sebuah riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, "Bila seseorang di antaramu tertidur hingga meninggalkan shalat atau lupa mengerjakannya, hendaknya ia mengerjakannya jika telah ingat, karena Allah berfirman, 'dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku'." (Thaha: 14).

Dari Abu Qatadah ra, "Pada suatu malam kami bepergian bersama Rasulullah saw, salah seorang di antara kami berkata, 'Tidakkah lebih baik kita beristirahat ya Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Saya khawatir kalian akan tertidur sehingga meninggalkan shalat'. Bilal berkata, 'Saya akan membangunkan kalian,' Kemudian tidurlah semuanya. Sementara itu, Bilal menyandarkan punggungnya pada kendaraannya dan nampaknya ia tidak kuat menahan kantuk hingga akhirnya ia tertidur. Kemudian Nabi saw bangun di saat matahari telah naik tinggi, maka beliau bersabda, 'Hai Bilal mana janjimu?' 'Sungguh, saya tak pernah mengalami seperti ini', jawab Bilal. Nabi bersabda lagi, 'Allah mencabut roh-roh kalian kapan saja Dia mau, Dia akan mengembalikannya kepadamu kapan saja Dia mau. Hai Bilal, berdirilah dan serukanlah azan shalat untuk orang banyak'. Kemudian, beliau berwudhu. Ketika matahari telah tinggi dan bersinar terang beliau shalat dengan berjama'ah bersama mereka." (HR al-Khamsah, dan redaksi ini adalah redaksi Bukhari dan Nasa'i). Menurut riwayat Ahmad orang-orang berkata, "Ya Rasulullah, tidakkah sebaiknya shalat ini kita kerjakan besok pada waktunya?" Rasul menjawab, "Bukankah Allah telah melarangmu melakukan riba lalu akan menerimanya darimu?"

Bagi mereka yang shalatnya tertinggal karena lupa atau tertidur, tidak dianggap berdosa setelah mereka mengqadha' kewajiban-kewajiban tadi, karena saat mereka lupa kewajibannya ditangguhkan sampai mereka ingat kembali atau dengan hilangnya alasan-alasan tadi.

Sedangkan bagi mereka yang meninggalkan shalat dalam keadaan sadar (sengaja), mereka harus bertaubat dan harus membayar khaffarat dengan mengqadha semua shalat yang ditinggalkannya.

Kewajiban qadha ditetapkan kepada mereka yang memiliki kewajiban ada', dan kewajiban qadha jatuh dengan jatuhnya kewajiban ada'. Kurang warasnya akal, anak-anak (mereka yang belum menanggung kewajiban), kufur, atau karena keluarnya darah haid, nifas (sehabis melahirkan), pada semua keadaan tersebut tidak wajib qadha (karena kewajiban ada' terangkat dari mereka), sampai kewajiban ada' terpikulkan kembali kepada mereka (dengan pulihnya keadaan).

Tiga perkara yang menyebabkan hilangnya kewajiban qadha:
1. Melaksanakan kewajiban tepat pada waktunya.
2. Meninggalnya seseorang sebelum masuknya waktu sholat.
3. Kufur, kecuali bagi yang murtad kemudian bertaubat kembali.


CARA MELAKUKAN QADHA SHALAT

Mazhab Syafii berpendapat bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa uzur, WAJIB diqadha dengan segera, tidak boleh ditempokan kecuali sedang melakukan kewajiban yang lain, seperti sedang mendengarkan khutbah Jum'at, mencari nafkah dan lain-lain, maka boleh ditempokan sampai menyelesaikan kewajiban. Adapun shalat yang ditinggalkan karena uzur seperti sakit, wajib diqadha walaupun tidak dikerjakan dengan segera.

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa shalat yang ditinggalkan WAJIB diqadha dengan segera, bahkan lebik baik mengqadha shalat daripada menyibukkan diri dengan pekerjaan yang sunat, terkecuali shalat-shalat sunat Rawatib, shalat Dhuha, shalat Tasbih, Tahiyatul Masjid, mereka itu boleh dikerjakan namun tidak dapat dijadikan sebagai pengganti shalat-shalat wajib yang ditinggalkan, hanya saja dengan sebab mengerjakan shalat-shalat sunat yang disebutkan boleh menempokan untuk mengqadha shalat yang ditinggalkan.

Menurut mazhab Maliki, HARAM melakukan shalat-shalat sunat bagi orang yang masih ada shalat wajibnya yang belum di qadha, kecuali shalat Tahajjud dan shalat Witir. Adapun shalat Tarawih bagi orang yang belum mengqadha shalatnya yang tertinggal, di satu sisi tetap berpahala dan di sisi lain dia berdosa disebabkan melambatkan qadha shalat wajib yang ditinggalkan.

Mazhab Hambali berpendapat bahwa HARAM hukumnya melaksanakan shalat sunat sebelum mengqadha shalat wajib yang ditinggalkan. Jika dikerjakan shalat sunat seperti shalat sunat mutlak maka hukumnya haram. Adapun shalat sunat Rawatib, Witir boleh dia kerjakan, namun sebaiknya diutamakan shalat qadha.

Barangsiapa tertinggal mengerjakan shalat, maka wajib mengqadhanya sesuai dengan cara dan sifat-sifat shalat yang tertinggal itu. Jika seorang musafir yang menempuh jarak qashar sehingga tertinggal shalat yang empat rakaat, ia mengqadhanya dua rakaat, sekalipun dikerjakan di rumah. Tetapi, menurut ulama Syafi'i dan Hanbali, dalam keadaan terakhir ini, ia mengqadhanya empat rakaat, sebab hukum asal shalat adalah itmam (menyempurnakan shalat empat rakaat). Karena itu, ketika di rumah, shalat dengan itmamlah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, jika seorang mukmin tidak dalam perjalanan (di rumah) tertinggal shalat yang empat rakaat, maka ia harus mengqadhanya empat rakaat pula sekalipun dikerjakan dalam perjalanan. Demikian juga, jika ia tertinggal shalat sirriyyah (yang bacaannya pelan) seperti Dzuhur, maka di waktu mengqadhanya harus secara sirri pula, sekalipun dikerjakan di malam hari. Sebalikmya, jika ia tertinggal shalat Jahrriyyah (yang bacaannya keras) seperti shalat Subuh, maka mengqadhanya pun harus keras pula, sekalipun dikerjakan di siang hari. Akan tetapi, menurut ulama Syafi'i yang menjadi patokan adalah waktu di mana qadha itu dilaksanakan. Jadi, seandainya qadha itu dilaksanakan pada malam hari, maka bacaannya harus dikeraskan, sekalipun yang diqadha itu shalat sirriyyah. Dan sebaliknya, jika di siang hari maka bacaan shalat harus dipelankan walaupun yang diqadhanya itu shalat jahriyyah.

Dalam mengqadha shalat yang tertinggal (shalat faa'itah) hendaknya diperhatikan tertib urutannya satu dengan yang lain. Qadha shalat Subuh dikerjakan sebelum qadha Dzuhur, dan qadha Dzuhur sebelum shalat Ashar. Di samping itu, hendaklah diperhatikan pula urutan shalat faa'itah dengan shalat pada waktunya (shalat haadhirah). Maka, apabila shalat faa'itah itu kurang dari lima waktu atau hanya lima waktu, shalat haadhirah tidak boleh dikerjakan dulu sebelum shalat faa'itah dikerjakan dengan tertib, selama tidak dikhawatirkan habisnya waktu shalat haadhirah.

Dari Ibnu Mas'ud berkata, "Ketika Perang Khandaq kaum musyrikin terlalu menyibukkan Rasulullah sampai-sampai empat shalat tertinggal, dan waktu pun telah larut malam sejalan dengan kehendak Allah. Kemudian, beliau menyuruh Bilal untuk menyerukan azan. Bilal pun menyerukannya lalu membacakan iqamah, maka beliau shalat Dzuhur, lalu berdiri lagi dan mengerjakan Ashar, berdiri lagi mengerjakan shalat Maghrib, kemudian berdiri lagi untuk mengerjakan shalat Isya'." (HR Tirmidzi dan Nasa'i. Peristiwa ini terjadi sebelum ada perintah shalat Khauf).

Ulama Hanafi berpendapat, jika seseorang setelah mengerjakan shalat haadhirah teringat akan shalat faa'itah yang belum dikerjakannya, batallah shalat haadhirahnya. Orang itu harus mengerjakan shalat faa'itah dulu dan setelah itu mengulangi shalat haadhirah. Namun, menurut ulama yang lain, ia tidak harus mengulangi shalat haadhirah. Sedang menurut ulama Maliki, sunnah mengulangi lagi shalat haadhirah setelah mengerjakan faa'itah.

Jika shalat faa'itah itu enam waktu atau lebih, maka dalam mengerjakannya tidak harus tertib, boleh dikerjakan sebelum shalat haadhirah ataupun sesudahnya.

Mengqadha shalat boleh dilakukan setiap saat, kecuali pada tiga waktu yang dilarang shalat, yaitu ketika matahari terbit, matahari berada tepat di tengah langit (waktu istiwa'), dan ketika matahari terbenam. Juga dalam satu waktu boleh mengqadha beberapa shalat yang tertinggal, sebab pengertian qadha adalah melakukan shalat yang telah lewat waktunya.

Mengqadha shalat wajib dilakukan dengan segera, baik shalat itu tertinggal karena sesuatu uzur yang tidak menggugurkan kewajibannya ataupun tanpa uzur sama sekali, dan qadha ini tidak boleh ditunda-tunda kecuali ada halangan mendesak seperti bekerja untuk mencari rezeki dan menuntut ilmu yang wajib 'ain baginya, begitu juga makan dan tidur.

Barangsiapa tertinggal sejumlah shalat, tetapi ia lupa atau tidak tahu persis berapa jumlahnya, maka ia harus mengerjakan qadha sampai merasa yakin bahwa kewajibannya telah terpenuhi.


Wallahua'lam
Ambillah iktibar dari cerita ini. [Dipetik dari majalah BICARA keluaran bulan Julai] Kisah berikut adalah sebuah kisah benar yang telah berlaku di sebuah perkampungan nelayan di Sabah dan bukan lah satu cerita rekaan yang sengaja diada-adakan oleh penulis untuk menakut-nakutkan pembaca. Semoga kisah ini dapat memberi keinsafan dalam diri kita.


Allah akan membalas setiap apa pekerjaan yang kita lakukan tidak kira samada ianya melibatkan manusia, tumbuhan mahupun haiwan. Selagi kita semua adalah makhlukNya selagi itulah pulangan terhadap setiap perbuatan kita akan dibalas.

Nordin (bukan nama sebenar) adalah seorang pemuda pendiam dikampungnya. Beliau tidak gemar bercampur-gaul bersama kawan-kawan sekampungnya. Beliau sering mengasingkan diri daripada masyarakat setempat dan sering bersendirian dalam melakukan sesuatu perkara. Ramai yang tidak dapat mengagak sikap Nordin yang sebenar. Kadangkala beliau kelihatan ramah dan kadangkala sering memencilkan diri dalam rumah peninggalan kedua orang tuanya. Sikap pendiamnya itu membuatkan rakan-rakan menganggap Nordin tidak cukup sifat kelakian. Adakala ada juga yang bermulut celupar menggelarnya 'pondan'. Ini kerana Nordin dianggap pelik kerana beliau tidak gemar jika rakan-rakannya bercakap tentang perempuan dan kisah-kisah cinta mereka pada gadis-gadis kampung itu. Nordin dibesarkan di sebuah perkampungan nelayan yang telah wujud lebih 40 tahun yang lalu. Beliau mahir dalam kerja menangkap ikan yang diwarisi dari arwah bapanya yang juga seorang nelayan. Sebenarnya Nordin bukanlah seorang lelaki yang tidak cukup sifat kelakian seperti yang didakwa oleh kawan-kawannya. Cuma beliau merasa diri beliau tidak bersedia untuk berumah tangga memandangkan keadaan dirinya yang tidak terurus dan pendapatan yang tidak menentu. Beliau tidak yakin beliau akan bertemu dengan mana-mana perempuan di kampung itu yang mahukannya seikhlas hati. Kebanyakannya lebih suka memilih jejaka yang tampan dan mempunyai pekerjaan tetap di bandar. Oleh itu beliau sering menghabiskan masa di sungai atau laut bermanja dengan ikan-ikan dan hasil penangkapannya sahaja. Kadang-kadang bermalam beliau tertidur sambil menunggu hasil tangkapan. Semuanya sudah menjadi rutin hidupnya setiap kali pukat yang dipasang tidak mengena. Hari itu, Nordin berasa rajin untuk turun ke laut, biarpun biasanya hari Jumaat nelayan tidak turun memukat. Rakan-rakan semua turun ke pekan namun Nordin berasa ingin turun bersendirian ke laut melakukan tugas-tugas seperti biasa. Selepas sejam memasang pukat, Nordin berhenti di tepi kuala yang dipercayai tempat ikan-ikan terperangkap. Setelah memasang pukat, beliau baring-baring di tepi botnya sambil berangan-angan kosong tentang diri dan masa hadapan. Sedang leka berangan, tanpa disedari beliau tertidur dan apabila beliau terjaga jam sudah menunjukkan pukul 11.30 pagi. Terus beliau menghidupkan enjin botnya dan menuju ke pukat yang dipasang pagi itu. Alangkah gembiranya beliau setelah mendapat banyak ikan merah, kerapu dan seekor ikan pari yang terperangkap dalam pukatnya itu. Nampaknya Nordin dapat seekor pari betina yang agak gemuk dan besar. Tanpa berlengah beliau pulang ke rumah untuk memunggah ikan-ikan itu. Sampai di rumah, Nordin memasukkan ikan merah dan kerapu ke dalam tong air sementara ikan pari diletaknya di dapur. Ikan pari betina yang sedang kelemasan itu diletaknya di dapur sementara, sebelum dipotong-potong untuk dijual kepada orang kampung. Tiba-tiba mata beliau tertumpu pada alat kelamin pari betina yang sedang mengembang dan mengempis. Nordin berasa tertarik lalu menyentuhnya beberapa ketika. Mungkin disebabkan oleh hasutan syaitan, tiba-tiba Nordin merasa satu perasaan lain yang menyelubungi dirinya. Perasaan ghairah yang belum pernah dirasainya sebelum ini. Tiba-tiba sahaja nafsunya bergelora selepas menyentuh alat kelamin pari betina itu. Syaitan mula merancang strategi untuk melemahkan iman manusia. Iman Nordin yang sudah sedia lemah itu telah menerima pakai rancangan - rancangan yang ditimbulkan oleh para syaitan yang bersorak keriangan. Apa lagi tanpa berlengah ditusuknya ikan pari malang itu berkali-kali hingga menyebabkan ikan pari yang sedang kelemasan itu terus lemah dan mati akibat terkena suatu goncangan yang kuat. Terdampar Nordin kepuasan setelah dikerjakan pari betina itu semahu-mahunya. Barulah Nordin faham kenapa rakan-rakannya sering mengusiknya tentang perkahwinan dan perempuan. Setelah segala-galanya selesai, dibasuhnya ikan pari itu dan mengeluarkan segumpalan lendir putih yang terpelusuk di dalam tubuh pari itu dengan suatu senyuman. Puas. Tanpa perasaan jijik, dimasukkan pari itu ke dalam tong ais bersama-sama dengan ikan-ikan yang lain untuk dijual kepada orang kampung. Sedang Nordin mengelamun malam itu, selepas makan malam, tiba-tiba fikirannya kembali pada perbuatan terkutuknya petang tadi. Para syaitan kembali menghasut agar mengulanginya kembali. Sekali lagi Nordin termakan hasutan itu dan kembali ke tong ais dan mengeluarkan pari berkenaan dan mengulangi perbuatannya yang jijik dan kotor itu pada bangkai pari yang tidak mampu berbuat apa-apa itu. Nordin berdayung dengan gelojohnya. Nafasnya turun naik bersama syaitan yang bersorak riang di sisinya. Nikmat bersetubuh dengan pari itu membuatkan Nordin tercungap-cungap dengan peluh yang mengalir ke seluruh badan. Disebabkan pari itu terlalu lama terdedah pada kepanasan dan kerakusan goncangan Nordin, akhirnya bangkai ikan malang itu menjadi busuk. Tanpa berasa belas terus Nordin membaling bangkai ikan pari betina itu terus ke tengah air pasang berhampiran rumahnya. Keesokan hari, gempar seluruh kampung apabila mereka terlihat seekor ikan pari yang besar terdampar di pasir pantai. Oleh kerana pari tersebut telah busuk, maka tidak siapalah yang mengambilnya dan dibiarkan sahaja terus membusuk. Nordin pula meneruskan semula kerja-kerjanya seperti biasa tanpa berasa sedikitpun kesal atas perbuatannya itu. Pagi itu Nordin turun ke laut dengan kawan-kawannya memukat udang. Setiap kali menarik pukat, Nordin akan berangan-angan untuk mendapatkan pari yang lebih besar. Apabila tidak bertemu beliau akan berasa geram dan marah. Di hempas-hempasnya pukat dan jala ke atas bot sambil menyumpah seranah ikan-ikan hasil tangkapannya itu. Setiap malam Nordin tidak keruan menahan gelora nafsu. Dia sentiasa terbayang-bayang perbuatannya terhadap pari betina hasil tangkapan yang lalu. Pagi esok, tanpa berlengah lagi cepat-cepat Nordin turun ke laut memasang pukat. Cita-citanya besar, untuk menangkap ikan pari betina yang lebih besar agar 'kenikmatan' akan bertambah. Setelah berpanas menunggu hasil tangkapan akhirnya Nordin dapat juga seekor ikan pari betina yang besar seperti yang diidamkannya. Beberapa ketika timbul pula seekor lagi betina yang lebih besar, juga ditangkapnya dan diletakkan di dalam bot. Gembiranya hati Nordin bukan kepalang, mahu sahaja diterkamnya 2 ekor pari yang masih hidup itu namun ditahannya hingga ke rumah. Begitulah hasutan syaitan terhadap nafsu Nordin. Sesampai di rumah, selepas mengeluarkan duri berbisa pari tersebut, terus beliau melayari nafsu rakusnya bersama pari-pari itu bergilir-gilir. Pari-pari yang masih hidup itu mengelupur kesakitan menahan goncangan Nordin yang terlalu kuat. Pari-pari itu seperti tahu bahawa dirinya telah dinodai oleh manusia rakus dan kejam seperti Nordin, ia mengelupur sambil mengerak-gerakkan sayapnya beberapa kali meminta diri dilepaskan, namun Nordin tidak kisah dengan itu semua, biar apapun terjadi nafsu serakahnya harus dilepaskan dan pari itulah yang akan menjadi mangsa. Petang itu tanpa berasa jijik dan kotor dibasuhnya ikan pari itu dan dijualkan kepada kanak-kanak yang berpeleseran di tepi rumahnya. Berebut-rebut kanak-kanak itu membeli pari besar dan banyak isi itu untuk dibuat lauk kerana Nordin menjualnya dengan harga murah. Tanpa disedari sudah lebih tiga bulan perkara itu terjadi sehingga tiada lagi rasa minatnya pada perempuan. Sesekali difikirkan juga akan buruk kelakuannya itu namun dipendamkan saja. Sehinggalah pada suatu petang beliau telah dikunjungi rakan lama. Rakan ketika alam persekolahan dahulu. Walaupun beliau pendiam dan sukar bergaul namun Ramli (bukan nama sebenar) bukan seperti orang lain padanya. Ramli adalah rakan tempat beliau mencurah segala masalah yang melanda dirinya satu masa dahulu. Malah Ramli lah tempat dia menumpang kasih setelah ketiadaan ibu dan ayah. Ramli bercadang untuk bermalam barang seminggu dirumahnya untuk menghabiskan cuti semesta. Ramli sempat belajar hingga ke Universiti tetapi Nordin tersangkut kerana kemiskinan hidup yang tidak mengizinkan beliau menyambung pelajaran. Ramli bercadang untuk belajar menangkap ikan dengan Nordin sepanjang cutinya itu. Nordin bagaikan tersentak sedikit kerana beliau terpaksalah memendam rasa untuk melepaskan nafsu syaitannya itu pada pari-pari hasil tangkapannya kelak. Suatu hari sedang mereka berada di kuala laut menunggu pukat, mereka bersembang tentang hal masing-masing. Di situlah Nordin mula melepaskan rahsianya yang selama ini dipendamkan. Rahsia tentang tabiat buruknya. Apalagi terkejut besar Ramli mendengar pengakuan rakan karibnya itu. Dinasihatnya Nordin agar kembali insaf diatas perbuatannya. Nordin mengangguk-angguk tanda setuju. Beliau telah bertekad dalam hati untuk membuang sahaja tabiat buruknya itu dan kembali ke pangkal jalan. Ramli lega dengan keinsafan Nordin dan bersyukur pada Tuhan. Rupanya Tuhan telah menghantar Ramli untuk memberi peluang kedua pada Nordin agar insaf dan bertaubat. Namun tidak semudah itu, keinsafan Nordin itu hanya muncul sepanjang Ramli berada dirumahnya sahaja, setelah Ramli tiada, gelora nafsunya tiba-tiba sahaja memuncak kembali. Tuhan mahu menguji sejauh mana keinsafan dan keikhlasan hati Nordin pada perjanjiannya dulu. Ternyata Nordin tewas, tewas dalam ujian Tuhan yang tiada henti-henti menguji setiap hambanya. Pagi itu beliau kembali ke laut memasang pukat. Hatinya begitu lega kerana pukatnya mengena seekor pari betina yang besar dan gemuk. Nordin cepat-cepat membelek-belek alat kelamin pari betina itu dan mengusapnya beberapa kali. Gelora nafsunya semakin memuncak. Tanpa perlu pulang ke rumah, diatas botnya itu juga dihayunnya senjata tajam miliknya yang tiada bermata itu. Setelah dilanyak dan dihayun beberapa kali Nordin semakin hilang pertimbangan. Syaitan kini telah merasuk dirinya. Sedang leka berdayung, tiba-tiba beliau merasa suatu kelainan pada hayunan tubuhnya kali ini. Hisapan pari itu pada senjatanya semakin kuat hingga kenikmatan tadi bertukar menjadi perit dan pedih. Di tengah laut Nordin menjerit kesakitan. Sakit seperti dihiris-hiris. Seluruh tubuhnya tiba-tiba menjadi kejang dan keras. Beliau tidak lagi dapat bernafas dan bergerak. Tubuhnya mengelupur sama seperti ikan pari betina itu yang mengelupur kesakitan menahan hentakan kuat di tubuhnya dahulu. Rupanya kemaluan Nordin telah ditusuk oleh duri anak ikan pari yang belum lahir dalam perut ibunya. Akhirnya Nordin keras dan meninggal di situ juga, di atas bot yang menjadi saksi diatas segala perbuatan Nordin selama ini. Petang itu kembali gempar seluruh kampung apabila bot Nordin terdampar di tepian pantai dengan Nordin yang masih tertiarap di atas tubuh pari betina dengan alat kemaluan yang masih tertusuk dalam perut pari betina itu. Tubuhnya hitam kebiru-biruan. Sesekali apabila pari betina itu mengelupur, mayat pucat Nordin turut menggelepar. Ngeri dan tragis sekali. Penduduk kampung begitu terkejut dengan penemuan yang tidak disangka-sangka itu, apatah lagi Nordin bukan orang asing bagi mereka. Seluruh kampung merasa malu dengan perbuatan Nordin dan mengambil keputusan untuk mengkebumikan jenazah Nordin di luar perkampungan itu. Bukan setakat orang kampung sahaja malah saudara-mara dan kawan-kawannya semua tidak peduli dengan kubur Nordin. Dibiarkan sahaja tanpa dinesan dan dibersihkan. Mereka menanggung malu seumur hidup kerana perbuatan Nordin telah menjadi buah mulut orang ramai sehingga ke luar daerah. Begitulah betapa Tuhan melaknat perbuatan zina, tidak kira pada sesiapa sahaja seperti dalam firmanNya yang bermaksud "Jauhkan dirimu dari zina kerana zina itu kebinasaan,"

Kamis, 07 Juni 2012

ALLAH SWT TIDAK TERHALANG UNTUK DIPANDANG

ALLAH SWT TIDAK TERHALANG UNTUK DIPANDANG


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَهُوَ القَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الحَكِيْمُ الخَبِيْرُ
Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya
Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui (QS. Al-An’am 18)

الحَقُّ لَيْسَ بِمَحْجُوْبٍ وَإِنَّماَ المَحْجُوْبُ أَنْتَ عَنِ النَّظْرِ إِذْ لَوْحَجَبَهُ شَيْءٌ لَسَتَرَهُ ماَحَجَبَهُ وَلَوكاَنَ لَهُ ساَتِرٌ لَكاَنَ لِوُجُوْدِهِ حاَصِرٌ وَكُلُّ حاَصِرٍ لِشَيْءٍ فَهُوَ لَهُ قاَهِرٌ

Allah tidak terhalang untuk dilihat, akan tetapi yang terhalang adalah anda untuk dapat melihat Allah, logikanya apabila Allah terhalang sesuatu untuk dilihat maka penghalang itu menutupi wujud Allah, apabila wujud Allah terhalang maka keberadaan Allah itu terbatas, dan setiap sesuatu yang terbatas niscaya ada sesuatu yang membatasi atau ada sesuatu yang menguasainya, ada yang menguasai Allah itu mustahil.

يَعْنِي أَنَّ الحِجاَبَ لاَ يَتَّصِفُ بِهِ الحَقُّ سُبْحاَنَهُ وَتَعاَلىَ ِلاسْتِحاَلَتِهِ فيِ حَقِّهِ

Yakni, bahwa penghalang tidak akan pernah terjadi menyertai Allah SWT Al-Haq Subhanallah, karena hal itu mustahil bagi Allah SWT.

وَإِنَّماَ المَحْجُوْبُ أَنْتَ أَيُّهاَ العَبْدُ بِصِفاَتِكَ النَّفْساَنِيَّةِ عَنِ النَّظْرِ إِلَيْهِ فَإِنْ رُمْتَ الوُصُوْلَ فاَبْحَثْ عَنْ عُيُوْبِ نَفْسِكَ وَعاَلَجَهاَ

Sesungguhnya yang terhalang adalah anda, hai kawan. Karena anda sebagai manusia menyandang sifat jasad, sehingga terhalang untuk dapat melihat Allah. Apabila anda ingin sampai melihat Allah, maka intropeksi ke dalam, lihatlah dahulu noda dan dosa yang terdapat pada diri anda, serta bangkitlah untuk mengobati dan memperbaikinya, karena itu-lah sebagai penghalang anda. Mengobatinya dengan bertaubat dari dosa serta memperbaikinya dengan tidak berbuat dosa dan giat melakukan kebaikan.

فَإِن الحِجاَبَ يَرْتَفِعُ عَنْكَ فَتَصِلُ إِلىَ النَّظْرِ إِلَيْهِ بِعَيْنِ بَصِيْرَتِكَ وَهُوَ مَقاَمُ الإِحْساَنِ الَّذِي يُعَبِرُوْنَ عَنْهُ بِمَقاَمِ المُشاَهَدَةِ

Pada akhirnya penghalang itu akan sirna, hilang dari anda sehingga sampai pada “Dapat Melihat Allah” dengan “Aen Basyiroh” (Pandangan waspada hati) dan inilah yang disebut “Ihsan” yaitu beribadah kepada Allah seolah anda melihatNya, apabila anda tidak mampu melihatNya, sesungguhnya Allah melihat anda. Para Ulama Sufi menyebutnya Maqom Musyahadah artinya ruang kesakisan, “Aku besaksi tiada Tuhan selain Allah”.

Allah SWt dapat terlihat dengan pandangan waspada hati, bukan dengan pandangan hati, karena pandangan hati biasanya mengarah terbayang, sedangkan mustahil utuk bisa terbayang. Sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. (QS. Asyura 11)

Dalam ayat lain Allah berfirman :
الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى

Allah, Tuhan yang Maha Pemurah bersemayam di atas 'Arsy (QS. Thaha 5)

Bersemayam maksudnya Menguasai ‘Arasy, sebagaimana seorang raja duduk diatas kursi singgasananya mangandung makna menguasai atau penguasa. Karena ketika kata “bersemayam” diartikan mentah maka akan terbayang Allah sedang bersemayam dan ini membuat kufur, keluar dari agama Islam, menyerupakan sesuatu dengan Allah. Istawa yang artinya bersemayam disebutnya kalimat Majaz.

Dalam memahami berbahasa Arab, termasuk bahasa lainnya, hendaknya menggunakan disimpin tatabahasa dan ilmu lainya. Seperti memahami Sya’ir pada Maulid Barjanzi - Syekh Ja’far Al-Barzanji, 1126-1177 H :


أَنْتَ لِلرُّسْلِ خِتاَمٌ أَنْتَ لِلْمَوْلىَ شَكُوْرُ
عَبْدُكَ المِسْكِيْنُ يَرْجُوْ فَضْلَكَ الجَمَّ الغَفِيْرُ
Engkau adalah penutup bagi para Rosul, Engkau jua yang paling bersyukur pada Tuhan
Hambamu yang pantas dikasihani ini mengharap keutamanmu yang begitu banyak
Uraian bahasan-nya :

(أَنْتَ) ياَرَسُوْلَ اللهِ (لِلرُّسْلِ خِتاَمٌ) فَلاَرَسُوْلَ وَلاَنَبِيَّ بَعْدَكَ (أَنْتَ لِلْمَوْلىَ شَكُوْرُ) بِفَتْحِ الشَّيْنِ أَىْ كَثِيْرُ الشُّكْرِ (عَبْدُكَ المِسْكِيْنُ) بِكَسْرِ المِيْمِ وَفَتْحِهاَ أَىْ الذَّلِيْلُ وَالضَّعِيْفُ (يَرْجُوْ فَضْلَكَ الجَمَّ) أَىْ الكَثِيْرَ (الغَفِيْرَ) الوَاسِعَ
Artinya :
(Engkau) wahai Rasulullah (adalah penutup bagi para Rosul) karena tidak ada Rosul dan Nabi setelah engkau (engkau jua yang paling bersukur pada Tuhan) fatah huruf Syin, artinya banyak bersyukur (hambamu yang pantas dikasihani ini) kasrah huruf mim dan ia boleh fatah, artinya hamba yang hina dan lemah (mengharap keutamanmu yang begitu banyak) artinya banyak dan berlimpah.

فَقَوْلُهُ عَبْدُكَ مُبْتَدَأٌ وَالمِسْكِيْنُ صِفَةٌ لَهُ وَقَوْلُهُ يَرْجُوْ فِعْلٌ مُضاَرِعٌ وَالفاَعِلُ ضَمِيْرٌ يَعُوْدُ إِلىَ عَبْدِكَ وَالجُمْلَةُ خَبَرُ المُبْتَدَأ وَقَوْلُهُ الجَمَّ الغَفِيْرَ صِفَتاَنِ لِفَضْلِكَ
Artinya :
Lafadz Abduka (hambamu) menurut ilmu nahwu adalah “mubtada” dan lafadz Al-Miskin (yang pantas dikasihani) adalah “sifat” dari lafadz Abduka. Lafadz Yarju (mengharap) adalah fi’il mudlore dan fail-nya adalah dlomir yang kembali pada Abduka dan menjadi jumlah khobar-mubtada. Lafadz Jammal-ghofiru (banyak yang melimpah) adalah dua “sifat” untuk lafadz fadlika (keutamaanmu).

Catatan Penyusun :

a.   Kalimat “Engkau (Rosulullah) penutup para Nabi dan Rasul, hal ini berdasarkan hadits ;

مَثَلِى وَمَثَلُ الأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِى كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بُنْيَانًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ هَلاَّ وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ - قَالَ - فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ
Artinya :
Perumpamaanku dengan para nabi sebelum aku ialah laksana seorang lelaki yang membangun rumah yang bagus nan indah, akan tetapi ada lahan bangunan fiktif disekelilingnya, lalu semua orang mengelilingi lahan fiktif itu, membanggakan dan mereka berkata “Ayo kita bangun baru lahan bangunan ini !?” (maksudnya membuat agama atau sekte baru) Nabi bersabda “Aku adalah lahan nyata (agama nyata) dan aku adalah penutup para nabi. (HR. Sohih Bukhori Muslim)

b.   Kalimat “Engkau jua yang paling bersyukur pada Tuhan” hal ini berdasarkan hadist ;
    
حَدَّثَناَ أَبُوْ نُعَيْمٍ قاَلَ حَدَّثَناَ مُسْعِرٌ عَنْ زِياَدٍ قاَلَ سَمِعْتُ المُغِيْرةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ إِنْ كاَنَ النَّبِيُّ  Tلِيَقُوْمَ لِيُصَلِّيَ حَتَّى تَرُمَ قَدَماَهُ أَوْساَقاَهُ , فَيُقاَلُ لَهُ فَيَقُوْلُ  أَفَلاَ أَكُوْنَ عَبْدًا شَكُوْرًا
     Artinya :
Kami mendapat khabar dari Abu Nu’aim, beliau dapat khabar dari Mus’ir dan dari Ziyad, beliau mendengar Al-Mughiroh ra berkata ; “Apabila benar baginda Nabi Saw berdiri untuk shalat malam sehingga kedua telapak atau betis kaki beliau bengkak, beliau (Nabi Saw) ditanya akan hal itu, kemudian beliau menjawab “Apakah tidak boleh apabila aku menjadi seorang hamba yang sangat bersyukur”. (HR. Sohih Bukhori)

c.   Kalimat “Hambamu yang pantas dikasihani”, ini bukan penghambaan hakiki yang masuk ke dalam bentuk menyembah Nabi Saw. (Ingat !! dalam tata bahasa ada istilah makna hakiki dan makna majazi) hamba di sini hanya penghambaan majazi (tidak hakiki), artinya hanya penghambaan dalam bentuk mengikuti, taat dan patuh saja, sebut sajalah sebagai pengikut.

Kata Abdun (hamba) dalam bahasa Arab juga artinya budak atau sahaya dari majikan atau tuannya, dan tuannya itu tidak disembah. Ketika hamba dimaknai hakiki (menyembah) akan bertentangan dengan syahadat, “Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah”.

Wal-hasil hamba disini artinya adalah pengikut Nabi Saw. Dan cinta kepada Allah Swt dianggap dusta apabila tidak disertai dengan mengikuti Nabi Saw. Ciinta kepada Allah harus seiring dengan mengikuti Nabi SAW, ini berdasarkan firman Allah ;

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
Artinya :
Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi SAW), niscaya Allah Swt mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran 31)

d.   Kalimat “Mengharap keutamanmu yang begitu banyak” dalam hal berharap dan harapan itu dijanjikan Allah Swt, bukanlah termasuk syirik, karena tetap berharap kepada Allah, hanya saja tidak dipungkiri (untuk kita manusia) prosesnya akan terjadi melalui sesama makhluk, tidak ada bedanya ketika anda mengalami musibah tenggelam di laut, anda terombang ambing di tengah laut dan melihat tim SAR, apa yang akan anda katakan pada tim SAR?, “Pak tolong kami” mungkin itu jawaban anda, apa itu syirik ?, ini juga maksudnya berharap bantuan (majazi).

Salah satu keutamaan Nabi Saw adalah syafa’at (pertolongan) dan ini dijanjikan Allah atau seizin Allah adalah Nabi akan menolong umat pengikutnya, berikut haditsnya ;

حَدَّثَناَ إِسْمَاعِيْلُ قاَلَ حَدَّثَنِيْ مَالِكْ عَنْ أَبِيْ الزَّناَدِ عَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهَ T قاَلَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجاَبَةٌ يَدْعُوْ بِهاَ وَأُرِيْدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِيْ شَفاَعَةً ِلأُمَّتِيْ فيِ الآَخِرَةِ
Artinya :
Kami dapat khabar dari Ismail, kami dapat khabar dari Malik, dari Abi Az-Zanad, dari Al-‘Aroj, dan dari Abi Hurairoh, bahwa rasul;ullah Saw bersabda ; Setiap Nabi memiliki do’a mustajab (dikabulkan) untuk mereka berdo’a, dan aku ingin persiapkan do’aku agar menjadi syafaat (penolong) kepada umatku di akhirat. (HR. Sohih Bukhori Muslim)

Dalam firman Allah disebutkan ;

مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Artinya :
Tiada yang dapat memberi syafa'at (pertolongan) menurut Allah tanpa seizin-Nya ( QS. Al-Baqoroh 255)


KESIMPULAN
Allah itu dapat terlihat dengan Ae’n Basyiroh (pandangan waspada hati), untuk kalangan awam pandangan waspada hati cukup ditafsirkan dengan keyakinan bahwa Allah itu melihat kita, sehingga semua perbuatan anda akan selalu baik, karena merasa selalu dilihat Allah SWT.

Orang yang merasa dilihat dan diperhatikan Allah, ia tidak akan pernah berbuat dosa sedikitpun, sekalipun terjatuh ke dlam dosa ia akan segera bertaubat, bahkan hidupnya senantiasa bernilai ibadah, tidak ada waktu luang yang sia-sia, karena ia berkeyakinan bahwa pandangan Allah akan selalu restu pada setiap waktu yang berguna dan bernilai beribadah.

Dalam memahami redaksi Qur’an, Hadits, atau pernyataan para Ulama, hendaknya menggunakan disiplin ilmu, baik Nahwu, Shorof, Mantiq, Bilaghah atau ilmu yang lainnya. Jangan mengartikan mentah, karena akan berakibat keliru dalam memaknai redaksi, yang pada akhirnya keliru dalam pemahaman. Semoga kita semua terlindung dari paham-paham yang sesat dan menyimpang, amien.


Allah mengetahui segalanya.


DAFTAR PUSTAKA
 
1.   Al-Hikam, Ibnu ‘Athoillah
2.   Syarah Al-Hikam, Abdullah Asy-Syarqowi
3.   Fathush-Shomad Al-‘Alam Maulid, Ahmad bin Al-Qosim
4.   Bulugul-Fauziy Libayani-Alfadzil-Maulid, Ibnu Al-Juziy

LETAK PENYIMPANGAN AQIDAH 72 ALIRAN ISLAM

LETAK PENYIMPANGAN AQIDAH 72 ALIRAN ISLAM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ , حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فىِ أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ , وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً , وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فىِ النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ ياَرَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي -
Artinya :
Rasulullah SAW bersabda – Niscaya akan datang kepada ummatku suatu perbuatan yang dilakukan juga kaum Israil, nyaris laksana langkah sepasang sandal, sehingga jika salah seorang kaum Israil berzina dengan ibunya dengan terang-terangan maka hal itu juga akan terjadi di ummatku. Sesungguhnya kaum Israil akan bercerai-berai menjadi 72 aliran, dan ummatku pecah menjadi 73 aliran, semua masuk neraka kecuali satu, Sahabat bertanya, siapa yang satu itu wahai Rasulullah ? Beliau menajwab, ialah mereka yang berpegang teguh pada aqidah yang sama dengan aku dan sahabatku.(HR. Al-Hakim)

Hadits ini salah satu mukjizat Rasulullah SAW, beliau mengetahui peristiwa yang akan terjadi.

Al-Imam Al-Amadiy berkata ; Kaum Muslimin pada saat Nabi SAW wafat berada dalam satu aqidah dan satu thoriqot (jalan), sayang diantara mereka ada yang munafik, menyembunyikan kufur dan menampakkan Islam.

وَاعْلَمْ أَنَّ أُصُوْلَ أَهْلِ البِدَعِ كَمَا نُقِلَ فيِ المَوَاقِفِ ثَماَنِيَّةٌ ؛
Ketahuilah bahwa sumber ahli bid’ah (faham sesat) itu ada 8 sekte, tertuang dalam kitab Al-Mawaqif ;

المُعْتَزِلَةُ ؛ القاَئِلُوْنَ بِأَنَّ العِباَدَ خاَلِقُوْا أَعْماَلَهُمْ وَبِنَفْيِ الرُؤْيَةِ وَبِوُجُوْبِ الثَّوَابِ وَالعِقاَبِ وَهُمْ عِشْرُوْنَ فِرْقَةً
1. Kaum Mu’tazilah ; Beraqidah bahwa manusia itu menciptakan perbuatannya sendiri, tidak menyerta-kan perbuatan Allah SWT dan beraqidah bahwa Allah wajib memberi pahala dan wajib menjatuhkan siksa. Mereka terpecah 20 aliran.

 وَالشَّيْعَةُ ؛ المُفْرِطُوْنَ فيِ مَحَبَّةِ عَلِي كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ وَهُمْ إِثْنَتاَنِ وَعِشْرُوْنَ فِرْقَةً
2. Kaum Syi’ah ; Beraqidah menyimpang dalam menyukai baginda Ali. Mereka terpecah 22 aliran.

وَالخَوَارِجُ المُفْرِطَةُ المُكَفِّرَةُ لَهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَمَنْ أَذْنَبَ كَبِيْرَةً وَهُمْ عِشْرُوْنَ فِرْقَةً
3. Kaum Khowarij ; Beraqidah menyimpang, meng-kufurkan baginda Ali dan mengkufurkan orang yang berbuat dosa besar. Mereka terpecah 20 aliran.

وَالنَّجاَرِيَّةُ المُوَافِقَةُ ِلأَهْلِ السُّنَّةِ فيِ خَلْقِ الأَفْعاَلِ وَالمُعْتَزِلَةُ فيِ نَفْيِ الصِّفاَتِ وَحُدُوْثِ الكَلاَمِ وَهُمْ ثَلاَثُ فُرُقٍ
4. Kaum Najariyyah ; Beraqidah mirip Ahli Sunnah Wal-Jama’ah dalam penciptaan perbuatan, namun mereka menghilangkan sifat Allah dan menyatakan bahwa firman Allah itu baharu. Mereka 3 aliran

وَالجَبَرِيَّةُ ؛ القاَئِلَةُ بِسَلْبِ الإِخْتِياَرِ عَنِ العِباَدِ فِرْقَةٌ وَاحِدَةٌ
5. Kaum Jabariyyah ; Beraqidah bahwa manusia tidak memiliki ikhtiar. Mereka 1 aliran.

وَالمُشَبِّهَةُ الَّذِيْنَ يُشَبِّهُوْنَ الحَقَّ بِالخَلْقِ فيِ الجِسْمِيَّةِ وَهُمْ خَمْسُ فُرُقٍ
6. Kaum Musyabbihah ; Beraqidah menyerupakan Allah dengan makhluk secara materil. Mereka 5 aliran.

وَالحُلُوْلِيَّةُ فِرْقَةٌ أَيْضاً يَقُوْلُوْنَ بِآُلُهِيَّةِ الأَئِمَّةِ
7. Kaum Hululiyyah ; Beraqidah mensejajarkan diri atau pimpinan mereka dengan Tuhannya, mereka 1 aliran.

Wal-hasil, 20+22+20+3+1+5+1= 72 aliran, semua masuk neraka kecuali satu yaitu ke-8 mereka beraqidah sesuai ajaran Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in, aqidah Ahli Sunnah Wal-Jama’ah. kamudian kelompok ini terpimpin oleh Abu Mansur Al-Maturidiy dan Abu Hasan Al-‘As’ariy, maksudnya sebagai pelopor penyusunan buku-buku dalam mempelajari aqidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah.

Daftar Pustaka :
1.   Fatawi Ar-Ramliy – Al-Imam Ar-Ramliy
2.   Musnad As-Sahabat Fil-Kutub Tis’ah - Abdurrahman bin Shokhr

Setelah Menolak Islam Selama 23 Tahun Akhirnya Ayah Saya Wafat sebagai Muslim

Setelah Menolak Islam Selama 23 Tahun Akhirnya Ayah Saya Wafat sebagai Muslim

Abdur Rahim Green

Seorang mualaf menjelaskan bagaimana hari-hari terakhir ayahnya di rumah sakit sebelum dia akhirnya meninggal dunia.
Green adalah mantan Direktur Barclays Bank di Kairo, dan putranya Abdur Rahim Green menemukan Islam lebih dari 20 tahun yang lalu, dan saat ini menjadi tokoh terkenal di kalangan sarjana Muslim dan pengkhotbah di Inggris.
Sebelumnya Abdur Rahim berpikir bahwa ayahnya tidak akan pernah menjadi muslim, namun kehendak Allah berkata lain, ayahnya Green akhirnya masuk Islam hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal.
Mengutip sebuah hadits Nabi yang berbunyi: "Semoga wajahnya digosok dalam debu (semoga dia menjadi terhina) serta masuk neraka orang yang salah satu orangtuanya sudah mencapai usia tua namun dia tidak melayani mereka."
Abdul Rahim Green kemudian mengatakan "Itulah mengapa saya memutuskan untuk meluangkan waktu saya di sini dengan ibu saya setelah kematian ayah saya.
Kematian ayah saya adalah sesuatu yang membuat saya sangat bahagia, dan merupakan kisah luar biasa tentang bagaimana hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal, ia diberkati untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Allah SWT hanya menyuruh kita untuk berdakwah dan kita tidak bisa mengubah siapa pun untuk berubah menjadi Islam kecuali dengan izin Allah. Tugas kita adalah untuk menyampaikan dakwah, untuk menjelaskan kepada orang dengan cara terbaik yang kita bisa, hidayah hanya ada di tangan Allah SWT.
Saya tidak pernah berpikir bahwa ayah saya mengucapkan kalimat Syahadah. Ayah saya adalah seorang ayah yang luar biasa, dia memiliki kepribadian yang luar biasa dan tidak ada yang bisa menggambarkan dia sebagai orang yang buruk.
Selama 23 tahun, sejak saya menjadi seorang Muslim, saya telah mengajak ayah saya untuk masuk Islam. Dan saya memutuskan untuk memberikan contoh terbaik saya yang mungkin bisa menggambarkan Islam sebenarnya, tentang bagaimana Islam memandang hidup, tentang bagaimana Islam mengajarkan saya untuk menghormati dia sebagai orangtua. Tapi saya berpikir bahwa ayah saya berpikiran sangat tertutup terhadap Islam, jadi saya tidak pernah berharap penuh bahwa ia akan menjadi seorang Muslim.
Ayah saya telah sakit selama beberapa tahun, dan ibu saya berpikir bahwa ia tidak akan sembuh dari sakitnya. Sebagaimana yang terjadi, beberapa minggu ketika saya kembali dari Inggris, saya tiba di rumah sakit dan langusng pergi menemui ayah saya. Saya menatapnya dan saya berpikir bahwa ia bisa mati malam ini. Jadi, saya berpikir, jika saya tidak mengatakan sesuatu tentang Islam, saya tidak akan memaafkan diri saya sendiri.
Saya tahu bahwa saya mencoba mengajaknya masuk Islam melalui banyak cara. Tapi saya berpikir bahwa saya harus membuat upaya terakhir.
Saya telah menghabiskan waktu yang lama memikirkan apa yang bisa saya katakan. Bagaimana saya bisa mengatakannya? Apa cara yang tepat untuk mendekatinya? Dia sudah sangat sakit, jadi saya tidak ingin membuat dia kesusahan, saya tidak ingin membuat dia menjadi lebih marah.
Sejujurnya saya takut bahwa ia mungkin mengatakan "Tidak," dan menolak ajakan saya. Dan saya bahkan khawatir bahwa jika ia memang mengatakan Syahadat namun tidak masuk ke dalam Islam, kemudian ia sembuh dan pulang ke rumah dan menjadi lebih arogan tentang Islam, hal itu lebih menakutkan saya.
Ini benar-benar hal yang sulit. Setiap mualaf yang memiliki orang tua yang belum muslim, mereka pasti mengalami dilema ini seperti yang saya alami. Namun jangan pernah meremehkan kekuatan dari doa, karena itu maka ketika saya bingung, saya meminta Allah untuk membantu saya menemukan sesuatu untuk dikatakan kepada ayah saya.
Saat ia berbaring di tempat tidur, saya berkata kepadanya: "Ayah! Saya punya sesuatu yang sangat penting untuk saya beritahukan kepada ayah, apakah ayah mau mendengarkannya? Ayah saya tidak bisa benar-benar berbicara dengan baik, jadi dia mengangguk. Lalu saya berkata: Saya punya sesuatu untuk dikatakan, jika saya tidak mengatakannya, saya akan menyesalinya.
Dan kemudian saya mengatakan kepadanya bahwa "di hari kiamat, seorang pria akan datang di depan Allah dengan banyak perbuatan dosa serta kemaksiatan, dan Allah akan berkata kepadanya, Anda memiliki sesuatu yang melampaui semua itu. " Dan orang itu akan berkata, "Apa itu Tuhanku?" Allah berfirman 'Sebuah pernyataan tertulis yang bisa Anda buat: Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya."
Saya berkata, "Jadi ayah, ini adalah kunci surga, ini adalah kunci sukses dalam kehidupan yang akan datang, bagaimana menurut ayah?"
Dan ia menganggukkan kepalanya.
Saya berkata "Apakah itu berarti Anda ingin mengatakan kata-kata tersebut?"
Dan ayah saya berkata "Ya."
Dia menginkuti kata-kata yang saya ucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasulullah."
Saya harus meninggalkan rumah sakit pada hari itu, karena rumah sakit memiliki beberapa aturan ketat. Saya mengunjunginya pada hari berikutnya, dan dia sudah tidak ingat apa-apa. Dia tidak mampu mengingat satu hal dari sehari ke hari yang lain, bahkan dari jam ke jam yang lain, tapi itu bukan akhir semua itu.
Tiga atau empat hari sebelum ia meninggal, ayah saya berkata: Tolong, tolong bantu saya.
Saya berkata, "Ayah apa yang kau ingin saya lakukan?"
Dia mengatakan "Saya tidak tahu!"
Lalu ia berkata, "Beri saya sesuatu yang mudah untuk dilakukan."
Saya teringat hadits Nabi: "Ada sesuatu yang ringan di lidah, namun berat di sisi timbangan" Jadi, saya berkata "Ayah jika saya adalah ayah, saya akan terus mengulangi kalimat syahadat berulang-ulang."
Dan dia berkata, "Ya, itulah yang ingin saya lakukan."
Dan kami menghabiskan setengah jam mengulang-ulang kalimat Syahadah itu.
Tidak beberapa lama kemudian, saya berangkat ke Inggris, dan di sana saya mendengar ayah saya telah meninggal dunia. Subhanallah.(fq/oi)

Rabu, 06 Juni 2012

daun salam

Hello..ketemu lagi ya dalam bahasan yang lain..
Hm..kuangen bgt nulis sesuatu yang berhubungan kesehatan…
Ngomong2x koq judulnya HEBATNYA SALAM sich?
Salam yang mana nich?
Salam ucapan apa daun SALAM SICH?

Yee..dua2 nya emang hebat..baik salam ucapan maupun salam dr sebuah tanaman.
Ucapan Salam sangat hebat karena dengan ucapan itu akan terjalin ukhuwah yang indah..benar kan?
Nich hadist Nabi juga malah menganjurkan:
Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amalan terbaik dalam Islam?” Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.”
(Sahihain)

Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Nach hebatkan makan dr ucapan SALAM?
ups..tapi kali ini saya ingin bahas tentang hebatnya SALAM dari sebuah tanaman..hehee..biasa disebut DAUN SALAM..
Baru ngeh kan?hehehhe
Yuk..kita bahas rame-rame ya..

Daun Salam adalah sejenis rempah daun yang biasa digunakan untuk berbagai masakan.
Selain itu daun salam memilki khasiat obat yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari2.

Pohon Salam yang nama Latinnya bernama (Syzygium polyanthum) biasanya tumbuh sangat liar dihutan dan pegunungan bisa mencapai ketinggian 25 m dengan lebar pohon 1,5 m ternyata mempunyai khasiat bisa mengobati diare, kolesterol tinggi,kencing manis,maag dan tekanan darah tinggi..
dan buahnya yang kecil itu ternyata bisa dijadikan obat mabuk karena alcohol..
(hm..hebat juga kan Salam yg ini?heheh)

Mau tahu nggak kandungan zat kimianya?
Gini lho..dalam pohon Salam itu ada zat kandungan kimianya yaitu minyak atsiri,tannin dan flavonodia.
Bagian yang sering di gunakan/dimanfaatkan sbg obat adalah daun,kulit batang,akar dan buahnya.

Cara ngolahnya gimana ya?
Hehe..gampang banget..nich saya kasih info ya;
a.Sebagai obat diare
   Caranya ambil 15 lembar daun salam yang segar lalu rebus dgn 2 gelas
   air sampai mendidih (15 menit).
   Kalau udah dingin..tambahkan sedikit garam lalu di minum…
   Gampang kan?

b.Mengatasi radang lambung
   Ambil 30 lembar daun salam,30 gram sambiloto kering,tambah gula batu 
   secukupnya lalu di rebus dgn 600 cc air hingga menjadi 300 cc.
   Baru bisa diminum  menjadi 2 kali lho..secara teratur gitu ..

c.Mengatasi asam urat yang tinggi
   Ambil 10 lembar daun salam lalu di rebus dgn 700 cc air hingga tersisa
  200 cc air,nach  selagi airnya masih hangat langsung diminum.
   Gampang juga kan?

d.Mengatasi stroke
   Nach caranya bukan di rebus lho..tapi gini..
   Ambil 10 lembar daun salam dan 50 gram jantung pisang lalu di olah jadi 
   masakan sesuai seleramu lah..

e.Penderita Kolesterol tinggi
   Ambil 7 lembar daun salam dgn 30 gram daun ceremai direbus dgn
   600cc air hingga tersisa 300cc air tsb.lalu diminum selagi hangat.

f.Melancarkan Peredaran darah
   Ambil 7 lembar daun salam dan 30 gram daun dewa segara direbus dgn  
   700cc air hingga menjadi 350 cc.
    Lalu ramuan disaring dan diminum sebanyak 2 kali..

g.Bagi yang mabuk akibat alcohol
   Nach ambil buah salam yang masak lalu ditumbuk sampai halus,lalu   
   diperas dan disaring..lalu airnya baru di minum.

h.Pengobatan kudis atau gatal-gatal
   Bisa diambil dari kulit,atau batang atau akar pohon salam.Cuci bersih
   lalu giling hingga halus,tambahkan minyak kelapa secukupnya 
   kemudian di balurkan pada bagian yg gatal atau kudis tsb.

Nach..gitu dulu dech share pengetahuan tentang manfaat dr tanaman SALAM..
Semoga saja ada manfaatnya…lebih baik kita berusaha mengobati dengan pengobatan herbal dibandingkan pemakaian obat secara medical kan?
Selain harga bisa murah..juga efek racun lebih aman kan?
Tapi y0 wis..terserah para sahabat mau memakai cara apa ya?
Pamit dulu ya?
Salam ukhuwah Islamiyah.