Cinta
Terlarang, Sebab, Akibat Dan Terapinya
DIAGNOSA DOKTER:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
جُرْحٌ مَسْمُومٌ
“Luka yang beracun.” [Majmu’
Al-Fatawa, 5/32]
Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
هَذَا مَرَضٌ مِنْ أَمْرَاضِ الْقَلْبِ
“Ini termasuk salah satu penyakit
hati.” [Zadul Ma’ad, 4/274]
NAMA PENYAKIT:
- Mabuk Kepayang (‘isyq)
- Kasmaran
- Kangen
- Virus merah jambu
- Tergila-gila
- Dll (Silakan tambah sendiri)
EFEK NEGATIF:
- Mengarah kepada syirik dalam mahabbah (cinta), termasuk syirik apabila seseorang mencintai makhluk dengan kadar yang sama dengan cintanya kepada Allah ta’ala, apalagi jika cintanya kepada makhluk melebihi cintanya kepada Allah ta’ala, dan lebih parah lagi jika dia hanya mencintai makhluk dan tidak mencintai Allah ta’ala sama sekali
- Selalu ingat si dia (sedikit mengingat Allah ta’ala bahkan tidak sama sekali)
- Batin tersiksa apabila tidak bertemu atau tidak berhubungan
- Mengantarkan kepada zina, baik zina mata, hati, lisan, tangan, kaki dan kemaluan
- Bila cinta ditolak dukun bertindak (termasuk syirik)
- Boros harta untuk menyenangkan si dia atau sekedar mau pamer harta
- Menyia-nyiakan waktu
- Menghalangi masuknya ilmu dalam diri
- Merusak rumah tangga, baik rumah tangga orang maupun rumah tangganya sendiri
- Dll (Silakan tambah sendiri)
SEBAB MUNCULNYA PENYAKIT:
- Terkena PANAH SETAN, yaitu melihat lawan jenis yang tidak halal baginya dan meneruskan pandangan pertama yang tidak disengaja
- Ikhtilat, campur baur dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita, baik di tempat kerja, sekolah, majelis ta’lim, organisasi maupun di rumah
- Melihat sesama jenis yang dapat menggoda syahwat, seperti memandang pemuda tampan yang belum tumbuh jenggotnya (membawa kepada penyakit homoseks)
- Berhubungan dengan lawan jenis tanpa ada suatu kebutuhan yang mendesak dan atau tanpa adab-adab islami, baik secara langsung maupun melalui media internet seperti FB, YM, Email dan lain-lain
TERAPINYA:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya,
مَسْأَلَةٌ: فِيمَنْ أَصَابَهُ سِهَامُ إبْلِيسَ
الْمَسْمُومَةُ؟
Pertanyaan: Bagaimana mengatasi apabila seorang terkena panah iblis yang
beracun itu?
الْجَوَابُ: مَنْ أَصَابَهُ جُرْحٌ مَسْمُومٌ
فَعَلَيْهِ مِمَّا يُخْرِجُ السُّمَّ وَيُبْرِئُ الْجُرْحَ بِالتِّرْيَاقِ
وَالْمَرْهَمِ وَذَلِكَ بِأُمُورٍ مِنْهَا
Jawaban: Barangsiapa yang menderita luka beracun maka WAJIB atasnya
mengeluarkan racun dan mengobati luka tersebut dengan pencegahan dan obatnya,
yaitu dengan beberapa perkara berikut ini:
PERTAMA:
أَنْ يَتَزَوَّجَ أَوْ يَتَسَرَّى، فَإِنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {إذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إلَى مَحَاسِنِ
امْرَأَةٍ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّمَا مَعَهَا مِثْلُ مَا مَعَهَا}. وَهَذَا
مِمَّا يُنْقِصُ الشَّهْوَةَ وَيُضْعِفُ الْعِشْقَ
“Hendaklah dia MENIKAH atau memiliki
hamba sahaya (yang didapatkan dari medan jihad, pen), karena Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seseorang melihat
kecantikan seorang wanita hendaklah dia segera mendatangi istrinya, karena apa
yang ada pada wanita itu sama saja dengan yang ada pada istrinya.”
Maka obat ini akan mengurangi
syahwat dan melemahkan penyakit mabuk cinta.”
KEDUA:
الثَّانِي: أَنْ يُدَاوِمَ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ
وَالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَقْتَ السَّحَرِ وَتَكُونُ صَلَاتُهُ بِحُضُورِ
قَلْبٍ وَخُشُوعٍ وَلْيُكْثِرْ مِنْ الدُّعَاءِ بِقَوْلِهِ: يَا مُقَلِّبَ
الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك. يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ
قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك، فَإِنَّهُ مَتَى أَدْمَنَ الدُّعَاءَ
وَالتَّضَرُّعَ لِلَّهِ صُرِفَ قَلْبُهُ عَنْ ذَلِكَ كَمَا قَالَ تَعَالَى:
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا
الْمُخْلَصِينَ
“Hendaklah dia menjaga shalat lima
waktu dan senantiasa berdoa, merendahkan diri kepada Allah ta’ala
(bersungguh-sungguh berdoa) di waktu sahur. Dan hendaklah shalatnya dengan
kehadiran hati dan khusyu’ serta memperbanyak doa:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك.
يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك
“Wahai Zat yang membolak-balikan
hati tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu, wahai Zat yang memalingkan hati,
palingkanlah hatiku kepada ketaatan kepada-Mu dan Rasul-Mu.”
Karena sesungguhnya, jika seseorang
selalu berdoa dan merendah kepada Allah ta’ala maka hatinya akan dipalingkan
dari penyakit tersebut, sebagaimana firman Allah ta’ala,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ
وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan
daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya NABI YUSUF termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih.” [Yusuf: 24]
KETIGA:
الثَّالِثُ: أَنْ يَبْعُدَ عَنْ سَكَنِ هَذَا الشَّخْصِ،
وَالِاجْتِمَاعِ بِمَنْ يَجْتَمِعُ بِهِ، بِحَيْثُ لَا يَسْمَعُ لَهُ خَبَرًا
وَلَا يَقَعُ لَهُ عَلَى عَيْنٍ وَلَا أَثَرٍ، فَإِنَّ الْبُعْدَ جَفَى. وَمَتَى
قَلَّ الذِّكْرُ ضَعُفَ الْأَثَرُ فِي الْقَلْبِ، فَيَفْعَلُ هَذِهِ الْأُمُورَ
وَلْيُطَالِعْ بِمَا تَجَدَّدَ لَهُ مِنْ الْأَحْوَالِ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ
أَعْلَمُ
“Menjauhi tempat tinggal lawan jenis
tersebut, dan jangan bergaul dengan orang-orang yang mengenalnya, sehingga dia
tidak lagi mendengarkan tentang kebaikannya (ketampanannya, kecantikannya,
kekayaannya, dll), serta tidak lagi melihatnya dan merasakannya. Karena dengan
berjauhan akan melupakannya, dan apabila sedikit penyebutan tentangnya maka
melemah pula pengaruhnya di dalam jiwa, maka hendaklah dia lakukan
perkara-perkara ini dan berusaha melihat hal-hal yang baru baginya (yang dapat
melupakan si dia). Wallahu subhaanahu A’lam.
[Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]
TERAPI TAMBAHAN DARI DOKTER LAIN,
AL-‘ALLAMAH IBNUL QOYYYIM RAHIMAHULLAH:
Beliau rahimahullah berkata,
وَعِشْقُ الصّوَرِ إنّمَا تُبْتَلَى بِهِ الْقُلُوبُ
الْفَارِغَةُ مِنْ مَحَبّةِ اللّهِ تَعَالَى الْمُعْرِضَةُ عَنْهُ الْمُتَعَوّضَةُ
بِغَيْرِهِ عَنْهُ فَإِذَا امْتَلَأَ الْقَلْبُ مِنْ مَحَبّةِ اللّهِ وَالشّوْقِ
إلَى لِقَائِهِ دَفَعَ ذَلِكَ عَنْهُ مَرَضَ عِشْقِ الصّوَرِ وَلِهَذَا قَالَ
تَعَالَى فِي حَقّ يُوسُفَ { كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السّوءَ وَالْفَحْشَاءَ
إِنّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ } [ يُوسُفَ 24 ] فَدَلّ عَلَى أَنّ
الْإِخْلَاصَ سَبَبٌ لِدَفْعِ الْعِشْقِ وَمَا يَتَرَتّبُ عَلَيْهِ مِنْ السّوءِ
وَالْفَحْشَاءِ الّتِي هِيَ ثَمَرَتُهُ وَنَتِيجَتُهُ
“Mabuk cinta terhadap sosok-sosok
hanyalah tertimpa kepada orang yang hatinya kosong dari kecintaan kepada Allah,
hati yang berpaling darinya dan mengganti-Nya dengan yang lain. Maka apabila
hati telah dipenuhi dengan cinta kepada Allah ta’ala dan kerinduan untuk
berjumpa dengan-Nya maka hal itu akan menghilangkan penyakit mabuk cinta
terhadap sosok-sosok ini.
Oleh karena itu Allah ta’ala
berfirman,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ
إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan
daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya NABI YUSUF termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih.” [Yusuf: 24]
Maka hal ini menunjukkan bahwa memurnikan
cinta kepada Allah ta’ala merupakan sebab yang dapat menghilangkan penyakit
mabuk cinta dan menghilangkan kejelekan dan kekejian (perzinahan) yang
merupakan buah dan hasil dari mabuk cinta.”
Maka inilah ringkasan dan sedikit
penjelasan terapinya:
- MENIKAH,
jika memungkinkan untuk menikahi lawan jenis yang telah membuatnya
tergila-gila.
- Jika tidak memungkinkan, misalkan
si wanita telah memiliki suami, atau seorang gelandangan mau menikahi anak
raja, maka hendaklah BERPUTUS ASA dari menikahi wanita tersebut, sebab orang
yang sudah berputus asa dari sesuatu dia tidak akan lagi berusaha mengejarnya
dan memikirkannya.
- Jika ternyata penyakit ini belum
juga hilang dengan “BERPUTUS ASA” maka sungguh tabiatnya telah menyimpang jauh,
maka akalnya harus diobati sebab hal ini termasuk jenis penyakit GILA, yaitu
keterkaitan hati dengan sesuatu yang tidak mungkin dia raih, bagaikan seorang
yang menggapai matahari sementara dia sadar bahwa dia tidak mampu melakukannya.
- Jika pengobatan terhadap penyakit
gila ini belum juga bermanfaat maka hendaklah dia melihat dampak-dampak negatif
penyakit ini dan kebaikan-kebaikan yang hilang karenanya, baik di dunia maupun
di akhirat kelak.
- Jika penyakitnya belum sembuh juga
hendaklah dia mengingat kejelekan-kejelakan lawan jenis tersebut, mungkin
dengan menanyakan kejelekan-kejelekannya kepada orang-orang yang mengenalnya.
- Jika ternyata seluruh terapi di
atas juga belum bisa menghilangkan penyakit ini maka tidak ada lagi obatnya
selain memohon pertolongan kepada Allah jalla wa ‘ala.
- Perhatian: Jika dia telah
mendapatkan taufiq untuk mengobati penyakit ini janganlah dia menyebarkan
aib-aib lawan jenisnya tersebut.
[Diringkas dari Zadul Ma’ad,
2/265-274]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar